SEJARAH PT DJARUM KUDUS
Oei Wei Gwan sebelum terjun ke industri rokok kretek dengan membuka sebuah perusahaan sendiri, tercatat pemah menjalani keagenan rokok Nojorono di Jakarta. Selanjutnya is kembali ke daerah asalnya yaitu Rembang untuk mendirikan perusahaan petasan yang memakai merk "Leo". Perusahaan ini sebetulnya telah berkembang pesat dan terkenal di seluruh Jawa. Karena semakin intensifnya pengawasan dan pihak Pemerintah untuk melaksanakan peraturan pelarangan memproduksi petasan, akhirnya
perusahaan petasan tersebut dihentikannya. Selanjutnya ia mendirikan sebuah perusahaan rokok kretek di Kudus.
Perusahaan rokok kretek Djarum didirikan oleh Oei Wei Gwan pada tanggal 25 Agustus 1950. Namun permohonan izin usaha pendirian perusahaan tersebut bare dapat pengesahan dari Pemerintah pada tanggal 21 April 1951. Sesuai dengan permohonan penggunaan merk yang ia daftarkan kepada Pemerintah, perusahaan Oei Wei Gwan akan memakai merk "Djarum" untuk rokok yang akan diproduksinya. Merk ini semula milik seorang pengusaha rokok Pribumi dari "N.V. Moeroep", karena perusahaan ini tidak aktif berproduksi lagi, oleh pemiliknya merk tersebut dijual kepada Oei Wei Gwan. Pusat perusahaan Oei Wei Gwan yang pertama sebagai tempat produksi dan administrasi beralamat di jalan Bitingan Bari no. 28 (sekarang jalan Ahmad Yani no. 28) Kudus.
Pendirian perusahaan rokok kretek oleh Oei Wei Gwan pada awalnya lebih diarahkan untuk konsumsi di kalangan militer Angkatan Darat. Pasokan rokok ia setorkan ke DPAD (Dinas Perbekalan Angkatan Darat). Keberhasilannya memasok rokok untuk kepentingan militer ini, karena hubungan Oei Wei Gwan yang luas dengan kalangan militer pada masa perang kemerdekaan. Usaha produksi rokok yang secara kecil-kecilan ini pada awalnya hanya melibatkan tenaga kerja 10 orang, akhirnya mendapat kemajuan cukup pesat karena adanya pihak yang bersedia menerima secara pasti menampung hasil produksinya. Kesedian dan kepastian menerima produksi rokok Oei Wei Gwan oleh DPAD, menjadi modal tersendiri dengan semakin mantapnya langkah Oei untuk memproduksi rokok untuk kalangan umum, guna menjangkau pasar yang lebih luas. Merk-merk pertama yang dilempar ke pasaran umum adalah "Marata", "Kotak Ajaib" dan "Kembang Tanjung".
Dengan bertambahnya aktivitas produksi perusahaan akibat kebijakan memproduksi rokok untuk masyarakat umum, konsekwensinya pihak perusahan berusaha memperluas sentra-sentra produksi. Sentra-sentra ini ditempatkan di luar kota Kudus. Wilayah pinggiran yang merupakan pilihannya adalah wilayah kabupaten Pati dan Jepara. 105
Setelah Oei Wei Gwan berhasil memproduksi rokok kretek dengan memakai pembungkus kertas, kini dengan bertambahnya sentra-sentra produksi yang bare, pabriknya mulai memproduksi rokok klobot (1955). Rokok ini rupanya masih menjadi pilihan terbaik bagi kalangan masyarakat yang "berpenghasilan rendah", dengan letak domisili mereka berada kebanyakan di pedesaan. Langkah perusahaan rokok Oei Wei Gwan semakin kokoh karena keberhasilannya memasuki ceruk pemasaran para konsumen rokok pada dua lapisan yaitu lapisan bagi mereka yang berpenghasilan "tinggi" dan lapisan yang berpenghasilan "renclah". Hal ini terbukti denga kapasitas produksi yang dihasilkannya pada tahun 1962 telah mencapai 329 juta batang per¬tahun.106
Datangnya kesuksesan atas usaha yang tidak mengenal lelah tidak dapat dihalangi, juga sebaliknya datangnya sebuah musibah tidak dapat ditolak. Musibah kebakaran terjadi pada tanggal 30 Oktober 1963, dengan terbakarnya pabrik Oei Wei Gwan yang bare. Pada saat peristiwa terbakarnya pabrik, Oei Wei Gwan sedang menjalani perawatan secara intensif di Rumah Sakit Semarang, akibat penyakit yang telah lama dideritanya. Akhimya Oei Wei Gwan meninggal di Rumah Sakit, tanpa sempat mengetahui musibah kebakaran yang menimpa pabrilmya.107
Hasil perkawinan Oei Wei Gwan dengan Nyah Popoh (begitu panggilannya) mempunyai tiga orang anak, dua diantaranya adalah laki-laki dan satu perempuan. Kedua anak laki-lakinya bemama Bambang Hartono dan Budi Hartono. Sebagai bentuk tanggung jawab yang hares dipikulnya, Bambang Hartono dan Budi Hartono yang masih tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi Universita Diponegoro sewaktu ayahnya meninggal, dengan kesadarannya meninggalkan bangku kuliah untuk kembali ke Kudus. Kedua anak laki-laki inilah yang selanjutnya mengambil tampuk kepemimpinan untuk menjalankan perusahaan yang ditinggalkan ayahnya. Akibat kebakaran, pabrik yang tersisa hanyalah pabrik yang dekat dengan pasar Kliwon, dan sini seluruh aktivitas produksi dimulai dan dikendalikan. Pada masa-masa sulit ini tidak dapat melakukan perluasan (ekspansi) pabrik, tapi sebaliknya musibah ini diambil hikmahnya dengan menggunakannya sebagai masa adaptasi dan konsolidasi, masa menata pasar kembali dan menjalankan efektivitas dan efesiensi dalam proses produksi. Rupanya strategi yang dipilihnya tepat, dengan berhasilnya mengadakan perluasan pabrik yang Baru untuk kegiatan produksi di wilayah pinggiran Kudus yaitu Jetak dan Gribig pada tahun 1966.
Perkembangan perusahaan semakin "mele sat" dengan bergabungnya Ir. Julius Hadinata dengan perusahaan rokok Djarum pada tahun 1967. Dengan masuknya Ir. Julius Hadinata, seorang lulusan dan Belanda, menjadikan perusahaan rokok Djarum terpaksa ditata ulang dan sisi managerialnya, yaitu mengangkat banyak para profesional muda. Untuk bagian litbang produksi, mulai direkrutnya para ahli kimia (chemist) untuk mengadakan penelitian bahan-bahan kimia (chemical), guna meningkatkan kenikmatan dan mutu rokok. Perubahan kebijakan yang dilakukan Ir. Julius Hadinata dalam proses produksi adalah mendatangkan mesin-mesin dengan tehnologi bare dari Inggris dan Jerman, untuk mengolah tembakau dan pembuatan rokok. Penggunaan mesin telah menjadikan jumlah produksi rokok melonjak sampai tiga kali lipat dan sebelumnya.108 Jurnlah produksi rokok mencapai 3 milyart batang. Produk bare mulai diperkenalkan (1968), dengan memakai nama "Admiral" dan "VIP Biru".
Pada tahun 1969, daerah pemasaran yang semula hanya terbatas di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat, kini mulai mengadakan ekspansi ke Jawa Timur dan luar Jawa.
Selanjutnya pemasaran berkembang hampir di seluruh wilayah Nusantara dan menjangkau beberapa Negara di Luar Negeri, yaitu Amerika Serikat, Kanada, Arab Saudi, Muangthai, Malaysia dan Singapura. 1°9 Kemajuan terns diraihnya, pada tahun 1970, produk barn dan PT. Djarurn mulai diluncurkan lagi yaitu "VIP Intemasional", "VIP President", "VIP Diplomat", "VIP Sultan", "VIP Agung", "Nahkoda" dan "Granat". 110
Kemajuan-kemajuan berikutnya yang diraih perusahaan rokok Djarurn tercermin dengan langkah ekspansinya dal am perluasan pabrik yang barn yaitu pada tahun 1972, mendirikan pabrik di desa Jetak, kecamatan Kaliwungu (menuju ke arah Jepara) seluas 5 ha. Pabrik ini untuk penyimpanan tembakau dan sebagian dipergunakan memproduksi rokok kretek dengan merk Djarurn 76. Secara kronologis, ekspansi berikutnya yang dilakukan perusahaan rokok Djarurn, semakin menempatkan dirinya masuk jajaran sebagai salah satu perusahaan yang terbesar setelah Gudang Garam. Ekspansi berikutnya adalah pada tahun 1974, mendirikan pabriknya di daerah Welahan di desa Sekar Jati (Jepara). Tahun 1975, membangun pabrik di desa Gribig, kecamatan Gebog seluas 50 ha. Di wilayah Juana juga dibangun pabrik rokok yang memiliki luas tidak kurang dan 1,5 ha. Sedangkan sentra-sentra produksi di tengah-tengah kota Kudus, tidak kurang dan 47 lokasi yang dimanfaatkannya. Kemajuan yang dapat cliraihnya makin tak terbendung, perusahaan ini pada akhir 1970-an makin melakukan banyak diversifikasi usaha, dan mulai perhotelan, optik, industri elektronik TV, restoran, dan pada tahun 2002 merambah ke perbankan.